Tugas Negara Mengawas UN Tingkat SD/MI 2015
Bontang, Rabu, 20 Mei 2015 yang bertepatan dengan Harkitnas (Hari Kebangkitan Nasional). Hari Rabu juga hari terkahir mengemban tugas negara yaitu mengawas ujian tingkat SD/MI sederajat yang mana kami menjalankan tugas mengawas di hari terakhir bertempat di SDN 002 Bontang Utara tepatnya di ruang 04.
Tugas mengawas ujian adalah sebuah pekerjaan yang cukup membuang-buang waktu dan sangat membosankan. Ya, maklum kerjaannya lebih banyak duduk-duduk di depan anak-anak dan tidak boleh melakukan aktivitas yang mengganggu. Jarum jam menunujukkan pukul 07.30 setelah pengarahan singkat oleh kepala sekolah SDN 002 BU dalam hal ini oleh Hj. Ainun Jariah, S.Pd . Wejangan umum bagi setiap kepala sekolah sebelum para pengawas menjalankan misi pengawasan di ruangan. Saya bersama salah satu pengawas yang bertugas di ruang 04 yang berasaldari SD Bethlehem Bontang dan saya sendiri dari MI Ar-Riyadh Bontang. Selaku pengawas kami harus menjalankan tugas dengan penuh tanggung jawab. Pelaksanaan ujian telah berlangsung, pembagian LJK dan soal UN mata pelajaran IPA di hari ke-3.
Tidak lama pelaksanaan ujian, jarum jam menunjukkan pukul 09.00 tetapi para siswa sepertinya telah selesai menjawab soal IPA dan tampak lebih 50% siswa pada tiduran. Ya, maklum ujian dimulai jam 08.00 dan akan berakhir pkl 10.00 Wita alias 120 menit siswa mengerjakan dan guru mengawas. Sungguh membosankan kami hanya duduk membisu. Sesekali hanya berkomunikasi ringan dan harus menjaga volume suara agar tidak gaduh dan mengganggu pahlawan-pahlawan cilik yang sedang berjuang demi cita-cita bangsa dikemudian hari.
Secara nyata sebenarnya mereka bukanlah murid/siswa kami di tempat mengajar yang sesungguhnya. Namun kami hanya diamanahi tugas sebagai pendidik agar dapat menjalani dan memperlakukan siswa ditempat bertugas selayaknya anak didik kami di temapat tugas.
Menunggu, menanti adalah pekerjaan yang melelahkan. Tidak ada referensi yang memadai selain hanya membisu. Dalam mengisi waktu luang saya sesekali membuka aplikasi HP untuk membaca artikel motivasi dan inspirasi. Walau sebenarnya hal itu dibatasi, asalkan tidak mengganggu peserta ujian.
Di sela-sela mengawas saya memanfaatkan moment ini dengan merangkai kata-kata menjadi beberapa paragraf demi menghilangkan kejenuhan. Selain mengawas di kota, siang harinya setelah kembali mengawas formal, sekitar jam 12.00 saya harus menancap gas dan meluncur keluarkota tepatnya di Kelurahan Bontang Lestari yang mana jarak
tempuhnya sekitar 18 km. Itulah hari ketiga menjalankan tugas di siang hari mendampingi warga belajar kami yang sedang mengikuti ujian kesetaraan setingkat SD/MI atau lebih dikenal dengan ujian nonformal paket A yang berlangsung pukul 13.00 - 16.00 bertempat di SDN 004 Bontang Lestari. Di sana hampir 40 peserta ujian yang mayoritas penduduk yang termarginal dengan mata pencaharian tidak menetap.
Ya, pekerjaan yang cukup melelahkan dan menyita energi, namun demi amanah dan tanggung jawab, kami harus rela berkorban demi masa depan anak-anak bangsa, generasi penerus cita-cita bangsa yang dewasa ini terus tergerus oleh demoralisasi berupa free sex, narkoba, dan aksi-aksi begal lainya. Pendidikan yang baik akan menyelamatkan generasi bangsa dalam menghadapi zaman yang terus menggilas dengan teknologinya.** Suleiman Lussy
Tugas mengawas ujian adalah sebuah pekerjaan yang cukup membuang-buang waktu dan sangat membosankan. Ya, maklum kerjaannya lebih banyak duduk-duduk di depan anak-anak dan tidak boleh melakukan aktivitas yang mengganggu. Jarum jam menunujukkan pukul 07.30 setelah pengarahan singkat oleh kepala sekolah SDN 002 BU dalam hal ini oleh Hj. Ainun Jariah, S.Pd . Wejangan umum bagi setiap kepala sekolah sebelum para pengawas menjalankan misi pengawasan di ruangan. Saya bersama salah satu pengawas yang bertugas di ruang 04 yang berasaldari SD Bethlehem Bontang dan saya sendiri dari MI Ar-Riyadh Bontang. Selaku pengawas kami harus menjalankan tugas dengan penuh tanggung jawab. Pelaksanaan ujian telah berlangsung, pembagian LJK dan soal UN mata pelajaran IPA di hari ke-3.
Tidak lama pelaksanaan ujian, jarum jam menunjukkan pukul 09.00 tetapi para siswa sepertinya telah selesai menjawab soal IPA dan tampak lebih 50% siswa pada tiduran. Ya, maklum ujian dimulai jam 08.00 dan akan berakhir pkl 10.00 Wita alias 120 menit siswa mengerjakan dan guru mengawas. Sungguh membosankan kami hanya duduk membisu. Sesekali hanya berkomunikasi ringan dan harus menjaga volume suara agar tidak gaduh dan mengganggu pahlawan-pahlawan cilik yang sedang berjuang demi cita-cita bangsa dikemudian hari.
Secara nyata sebenarnya mereka bukanlah murid/siswa kami di tempat mengajar yang sesungguhnya. Namun kami hanya diamanahi tugas sebagai pendidik agar dapat menjalani dan memperlakukan siswa ditempat bertugas selayaknya anak didik kami di temapat tugas.
Menunggu, menanti adalah pekerjaan yang melelahkan. Tidak ada referensi yang memadai selain hanya membisu. Dalam mengisi waktu luang saya sesekali membuka aplikasi HP untuk membaca artikel motivasi dan inspirasi. Walau sebenarnya hal itu dibatasi, asalkan tidak mengganggu peserta ujian.
Di sela-sela mengawas saya memanfaatkan moment ini dengan merangkai kata-kata menjadi beberapa paragraf demi menghilangkan kejenuhan. Selain mengawas di kota, siang harinya setelah kembali mengawas formal, sekitar jam 12.00 saya harus menancap gas dan meluncur keluarkota tepatnya di Kelurahan Bontang Lestari yang mana jarak
tempuhnya sekitar 18 km. Itulah hari ketiga menjalankan tugas di siang hari mendampingi warga belajar kami yang sedang mengikuti ujian kesetaraan setingkat SD/MI atau lebih dikenal dengan ujian nonformal paket A yang berlangsung pukul 13.00 - 16.00 bertempat di SDN 004 Bontang Lestari. Di sana hampir 40 peserta ujian yang mayoritas penduduk yang termarginal dengan mata pencaharian tidak menetap.
Ya, pekerjaan yang cukup melelahkan dan menyita energi, namun demi amanah dan tanggung jawab, kami harus rela berkorban demi masa depan anak-anak bangsa, generasi penerus cita-cita bangsa yang dewasa ini terus tergerus oleh demoralisasi berupa free sex, narkoba, dan aksi-aksi begal lainya. Pendidikan yang baik akan menyelamatkan generasi bangsa dalam menghadapi zaman yang terus menggilas dengan teknologinya.** Suleiman Lussy
Category: Artikel Pendidikan, Artikel Umum, Sekolah, Umum




0 komentar